kisah kolosal 2

KU MERINDUKANMU
Bahasa rindu ini hanya bahasa rindu sederhana. Sesederhana bahasa rindu semut pada gula. Sesederhana bahasa rindu bintang pada malam. Tidak ada yang istimewa hanya saja bahasa ini dituliskan bersamaan dengan Tanya yang tidak sepenuhnya terjawab. Jika kesimpulan dari semua tingkah ini adalah kata RINDU maka mungkin saja itu benar adanya. Tapi aku pastikan bahwa rindu ini tidak bertuan. Mengapa demikian? Karena aku tidak pernah tau kemana semua rindu ini akan bermuara.

Jika rindu pada umumnya melumpuhkan kekuatan setiap perindu, maka rindu yang aku tuliskan kali ini hanya rindu yang teramat sederhana. Pikiran, jiwa dan ragaku masih bersatu dalam kendali kesadaran. Tidak sedalam bahasa rindu yang dituliskan oleh Ibnu Hazm Al-Andalusi dalam setiap bait sya’irnya.

Hari ini aku temukan sedikit kejelasan tentang hilangmu. Tapi satu kalimat Tanya ini masih terlontar penuh semangat lesu. Kemanakah dirimu? Tidakkah kau tau bahwa aku tengah sibuk menemukan dirimu yang hilang. Mencari kesana-kemari mencoba bertanya pada barisan semut merah siang ini. Tapi mereka hanya tersenyum iba menatapku. Jangan bayangkan penampilanku menjadi kusut masai, karena aku masih dengan kesadaran penuh berdiri menunggumu kembali. Penampilanku masih cukup layak untuk berdiri menyambut tamu undangan yang berduyun-duyun hadir.

Bagaimana bisa aku merasakan kehilangan saat pertemuan itu tidak pernah terjadi di antara kita?. Bagaimana bisa aku sibuk mencari dirimu yang tidak pernah kuketahui wujudnya?. Apakah kau merasakan keanehan dalam kalimat ini?. Iya, ini memang aneh tapi sudahlah. Iyakan saja, mungkin kalimat esok lusa cukup memberi kejelasan dan penjelasan yang lebih baik.

Aku tidak tau bagaimana bisa jemari tangan dan tuts keyboard ini kemudian bersinergi menuliskan kata RINDU. Rindu seorang perindu pada sosok yang asing baginya. Dasar manusia aneh.

Aku jadi teringat rumah dan seisinya. Menciptakan rasa rindu yang baru. Aku merindukan barisan semut di pojok belakang rumah. Merindukan nyamuk yang setiap malam menyanyikan lagu nina bobo sebagai pengantar tidur.

Sekali lagi aku merindukan rumah. Merindukan rumput yang bergoyang di halaman rumah. Ingin bertanya padanya tentang kegelisahanku akhir-akhir ini. Namun dia tidak kunjung berikan jawaban. Alunan lagu yang berhentipun tidak membuat goyangan rumput ikut terhenti.

Aku merindukan nyanyian burung yang terbang di atas atap rumah dengan sambil lalu bermain di pagi hari. Aku ingin menyapanya sekedar bertanya apakah dia mengetahui kabarmu? Tapi dia terlalu asyik bermain sehingga tidak mendengar pertanyaanku yang samar dihembuskan angin. Aku juga merindukan debu yang beterbangan di pagi hari. Merindukan daun yang jatuh setiap pagi dan sore untuk kemudian disentuh oleh lidi-lidi yang diikat menjadi satu visi misi yakni dengan tujuan menyapu.

Oh ibu, ternyata anakmu ini bisa merasakan rindu, pada manusia di negeri antah berantah itu. Oh bagaimanalah aku ceritakan padanya perihal semua ini ibu?. Dia tidak akan paham. Bahkan mungkin dia akan berlari tunggang-langgang menjauh dariku. Jadi sudahlah lebih baik aku simpan rindu ini sendiri. Toh rindu ini pun tak bertuan. Dari pada aku harus melihatnya pergi menjauh lebih baik aku diam dan endapkan semua ini.

Sejauh apapun kamu pergi maka cinta sejatimu akan turut menyertai. Dia seolah membuntuti kemanapun pergimu. Iklan rokok di TV bilang bahwa hidup ini terlalu singkat untuk kisah hidup orang lain. Tapi jangan pernah berpikir bahwa cintamu adalah orang lain bagimu karena sejatinya dia adalah bagian dari dirimu dalam wujud yang berbeda.

Nasehat para penulis senior untuk penulis pemula adalah “jika kau stuck di pertengahan jalan dalam menulis maka cobalah kembali membacanya dari awal”. Aku setuju dengan nasehat itu, karena begitu pula aku memaknai hidup. Saat aku temukan kejenuhan dalam pertengahan cerita hidup ini, maka aku akan menggeser ke laman cerita dan dialog sebelumnya sehingga aku paham apa yang harus aku tuliskan dan lakukan selanjutnya.

Hidup dalam romantisme tidaklah baik untuk kesehatan. Terlalu banyak mengenang dan hidup dengan masa lalu membuat kita lupa tentang rencana masa depan. Aku merindukannya namun hidupku harus terus berjalan. Rindu ini tidak lantas membuatku berhenti di satu titik dan menikmati semua ketersiksaan karena rindu. Itu terlalu melankolis dan aku tidak suka. Apapun yang terjadi, sedalam apapun rindu itu berwujud maka aku akan tetap berdiri gagah memaksa kakiku terus melangkah.

Kursor laptop ini berkedip terlalu lama pertanda aku mulai bingung membahasakan kalimat rindu selanjutnya. Apakah berarti dia semakin dalam? Semoga saja tidak karena itu. Sepertinya rindu ini mulai membuatku mengantuk untuk sejenak pejamkan mata. Karena hanya dalam tidur aku bisa melupakan sejenak tentang rindu dan rombongannya itu. Jika Dee mengisahkan seorang perindu yang bisa melupakan objek yang dirindukannya ketika menggosok gigi maka aku bisa melupakannya dalam tidur, walau terkadang dia memaksa masuk dalam mimpi.

Kemarin aku temukan cara berdamai dengan rindu ini, yakni dengan berjalan terus tanpa henti. Berjalan sejauh mungkin sehingga kakiku tidak lagi mau melangkah tuk lanjutkan perjalanan. Berjalan dengan sambil lalu menyapa setiap pohon yang berdiri gagah. Mencoba belajar kebijaksanaan hidup darinya yang tidak perah mengeluh sedikitpun.

Cara lain yang juga cukup jitu untuk perkara rindu ini adalah membuat dialog panjang dengan seseorang yang kau rasa memiliki sambungan kalimat denganmu. Berceritalah sebanyak-banyaknya pada sahabatmu tentang banyak hal sehingga kemudian perlahan-lahan dia paham bahwa sahabat yang ada di hadapannya ini sedang merindu tanpa perlu kau kisahkan dengan bahasa gamblang. Merindukan manusia asing dalam hidupnya.

Dia tidak bisa banyak mengerti diammu karena kamupun tidak pernah mengisahkan manusia itu padanya. Dia hanya akan menangkap tanda bahwa sahabat di hadapannya ini sedang banyak berpikir. Iya aku sedang berpikir apakah dia sedang baik-baik saja atau tidak? melihat teman-teman seisi kamar terkena demam tiba-tiba maka aku pikir dia sedang sakit. Dari sini aku mulai menafsirkan dan mengira-ngira alasan diam dan hilangnya dia.

Kisah yang belum usai ditulis dan bersambung………………………………………………………



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer