ALIRAN-ALIRAN DALAM KONSEP KETUHANAN



MAKALAH
 “Aliran-aliran dalam Konsep Ketuhanan”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Filsafat Agama
Dosen Pengampu : Saiful Bahri, M.Ud





LogoIDIA2





Oleh:
Khotimatul Mahbubah



INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR
2016-2017 M

KATA PENGANTAR
Lantunan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Sang penggenggam kehidupan yang dapat menuntun manusia ke jalan yang dikehendakiNya. Syukur atas segala nikmat terindah yaitu nikmat iman dan Islam yang akhirnya membawa saya ke tempat ini sehingga memiliki kesempatan untuk menyusun makalah ini sebagai tugas dalam mata kuliah Filsafat Agama. Nikmat yang tidak akan pernah mampu saya hitung dan sebutkan karena beliaulah satu-satunya dzat yang maha kaya dan tiada tandingannya. Dengan nikmat itu pula saya akhirnya mampu merampungkan makalah ini walau masih jauh dari sempurna.
Sholawat dengan senandung salam akan selalu tercurahkan pada baginda Rasulullah Muhammad saw. Seorang makhluk sempurna yang terlahir ke muka bumi dengan menjadi rahmatan lil’alamin. Dalam dirinya bersemayam jiwa pemimpin yang luar biasa sehingga Islam pun dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cukup singkat. 
Rangkaian kata terimakasih teruntuk semua pihak yang telah mendukung dan membimbing saya dalam penyelesaian makalah ini, juga kepada ustad Saiful Bahri, M.Ud atas segala penjelasan serta tugas yang diberikan untuk pengembangan diri  menjadi pribadi yang lebih mandiri tentunya.
Tidak ada makhluk yang sempurna itulah kalimat yang kita pahami dan menjadi penutup dari setiap tulisan pada umumnya karena kesadaran setiap penulis akan pemahamannya yang terbatas dan hanya Allah yang Maha sempurna serta tiada kesempurnaan di atas kesempurnaanNya. Begitu pula saya yang sangat mengharap kritik dan saran demi perbaikan makalah ini selanjutnya.


Penulis










PENDAHULUAN

A.    LATARBELAKANG MASALAH
Beragama merupakan kecenderungan manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah dalam bentuk yang paling sempurna dengan dibekali akal sebagai alat untuk mencapai hakikat. Manusia selalu berusaha untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya sendiri termasuk tentang siapakah pencipta dunia dan seisinya. Pada awalnya pertanyaan-pertanyaan itu mereka jawab dengan pemikiran-pemikiran primitif dan sederhana namun lambat laun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka mereka mulai menjawabnya dengan jawaban yang ilmiah berdasarkan penelitian yang dilakukan.
Dalam teologi Islam dijelaskan bahwa Allah sebagai pencipta alam semesta telah mengutus Nabi-nabi dan Rasul-rasulnya ketengah-tengah kaum atau kelompok manusia untuk menuntun mereka ke jalan yang diridho’iNya. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab-kitab samawi bahwa akan ada Nabi terakhir yang bernama Muhammad yang akan menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Orang-orang yang hidup pada zaman setelah Muhammad banyak yang merasa skeptis pada ajarannya. Mereka khawatir telah dibohongi oleh Muhammad sehingga berusaha untuk membuat konsep ketuhanan sebagaimana nalar akal mereka untuk memuaskan dan menjawab segala kebingungan mereka tentang hubungan Tuhan dengan manusia dan alam. Dari usaha-usaha yang mereka lakukan tentang perumusan konsep ketuhanan yang menghasilkan beraneka macam konsep dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
Sejarah mencatat beberapa pandangan manusia tentang Tuhan yaitu Teisme, Deisme, Panteisme dan Panenteisme. Semuanya memiliki cara pandang masing-masing tentang konsep ketuhanan. Semua aliran ini sepakat tentang Tuhan sebagai pencipta namun mereka berbeda pendapat tentang cara berada, aktivitas dan hubungan Tuhan dengan manusia. 

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan aliran Teisme?
2.      Apa yang dimaksud dengan aliran Deisme?
3.      Bagaimana deskripsi tentang aliran Panteisme?
4.      Bagaimana deskripsi tentang aliran Panenteisme?



BAB II
PEMBAHASAN
Hasil usaha manusia dalam mencapai kepuasan tentang konsep ketuhanan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang masing-masing memiliki pandangan yang berbeda tentang hubungan Tuhan dengan manusia dan alam. Namun perbedaan-perbedaan tersebut dapat disatukan dalam satu kesatuan yang meyakini bahwa yang menciptakan alam semesta ini adalah Tuhan.
Teisme, Deisme, Panteisme dan Panenteisme adalah kelompok-kelompok dalam aliran ketuhanan yang selanjutnya akan kita bahas lebih jauh dan rinci agar bisa memahami konsep-konsep tersebut sehingga bisa lebih menguatkan keimanan kita dan menjadikan kita lebih mantap dalam melaksanakan perintah agama. Dari hasil pemikiran yang beraneka ragam ini tentunya memiliki nilai positif dan negatif sehingga yang positif bisa kita ambil dan aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

A.    TEISME
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Teisme adalah ilmu yang mengajarkan adanya Tuhan. Mereka meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan maka pastinya Tuhan berbeda dengan ciptaannya seperti tukang mebel yang berbeda dengan kursi dan meja yang merupakan hasil karya ciptanya.
Berikut pemaran singkat tentang ciri-ciri aliran Teisme yang bisa membuat kita lebih mudah membedakan antar aliran yang satu dan lainnya, diantaranya:
·         Tuhan transenden sekaligus imanen, artinya Tuhan jauh dari alam dan juga berada di alam. Setelah menciptakan alam Tuhan tetap aktif dan mengatur alam..
·         Tuhan mendengar do’a manusia dan mengabulkannya. Ini adalah tanda dari imanensi Tuhan.
·         Meyakini kebenaran mu’jizat. Karena mereka meyakini bahwa Tuhan adalah dzat yang kuasa menciptakan alam dari tiada maka adalah perkara yang mudah bagi Tuhan dalam menciptakan mu’jizat yang penciptaannya jauh lebih sederhana dari pada penciptaan alam.
·         Tuhan adalah personal. Artinya mempercayai Tuhan dengan satu dzat khusus.
·         Tuhan dianalogikan seperti tukang kebun. Tukang kebun selalu dan pasti menjaga serta mengurus kebunnya dan ia tidak akan membiarkan kebunnya, karena pohon-pohon di dalamnya tidak akan tumbuh tanpa campur tangan tukang kebun.
    
Tuhan secara dzat adalah transenden atau jauh dari alam namun secara perbuatan adalah imanen yakni mengatur alam dan memerhatikan nasib makhluknya. Ketiga agama samawi yakni Islam, Yahudi dan Kristen dianggap sebagai agama yang menganut konsep Teisme walaupun ada perbedaan antara Islam dan Yahudi yang meyakini adanya satu Tuhan dan Kristen dengan trinitasnya.[1]
Walaupun Islam adalah bagian dari penganut Teisme namun dalam ajarannya Islam tidak mengharuskan Tuhan transenden ataupun imanen karena itu adalah hak prerogatif Tuhan. Dalam Islam sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup ummat Islam, Tuhan akan berbuat sesuai kehendaknya. Bisa saja Tuhan transenden dan bisa saja Ia imanen.
Setelah memaparkan sedikit tentang Teisme kita bisa temukan beberapa unsur positif yang terkandung dalam aliran tersebut diantaranya adalah :
·         Memiliki suatu realitas tertinggi sehingga moral Teisme dapat diidentifikasi dan diusut asalnya yaitu Tuhan. Berbeda dengan Ateisme yang tidak memiliki kejelasan moral.[2]
·         Menawarkan sebuah landasan yang kokoh yaitu dengan menegakkan sebuah moral universal.
·         Memposisikan manusia diposisi tertinggi sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
·         Memiliki suatu tujuan tertinggi dalam hidup dengan mempertegas keberadaan manusia di muka bumi serta menawarkan kehidupan yang abadi dengan demikian aliran ini membantah keyakinan kelompok Nihilisme  yang menganggap bahwa hidup tidak bernilai.
Selain memiliki sumbangsih pemikiran yang bermanfaat Teisme tidak lepas dari pada kritikan orang-orang yang tidak sepaham ataupun pihak-pihak yang masih merasa skeptis dengan pandangan kelompok Teisme. Kritikan tersebut diantaranya :
·         Freud mengatakan bahwa agama tidak lain adalah imajinasi sekelompok orang tentang apa yang diinginkannya di dunia lalu mempersonifikasikan imajinasinya tersebut dengan sesuatu yang abstrak.
·         Karl Marx mewakili kelompok Materialisme mengatakan bahwa agama tidak lain adalah tanda kelemahan untuk berlindung dari pihak-pihak yang dianggapnya kuat. Agama hanya melahirkan Tuhan-tuhan yang sesuai dengan kebutuhan setiap kelompok saja.
Kritikan dua tokoh diatas apabila kita lihat dari aspek sejarah disebabkan oleh trauma sejarah yang pada waktu itu dirasakan oleh kaum kristiani. Agama dianggap membangun sekat-sekat antar masyarakat dan sangat membatasi penggunaan akal. Mereka beranggapan demikian dengan hanya melihat dari satu sisi agama saja yaitu Kristen dengan tanpa melihat agama-agama lainnya. Maka dari sini dapat dikatakan bahwa keputusan mereka dalam berkomentar terlalu terburu-buru.
                                                             
B.     DEISME
Deisme adalah pandangan hidup atau ajaran yang mengakui adanya Tuhan yang esa sebagai pencipta alam semesta, tetapi tidak mengakui agama karena ajarannya didasarkan atas keyakinannya pada akal dan kenyataan hidup. Pandangan yang umum oleh para deis adalah Tuhan menciptakan alam semesta dan tidak campur tangan terhadap apa pun sejak itu. Sekilas ini mirip dengan pandangan Ateis bahwa tidak ada tanda-tanda di mana Tuhan mempengaruhi sedikit pun apa yang terjadi di dunia saat ini. Semua berjalan sesuai hukum sebab akibat yang berlaku. Perbedaannya terletak pada Ateis melihat bahwa keberadaan Tuhan pun tidak diperlukan untuk menjawab bagaimana alam semesta ini bermula.[3]
Ciri-ciri kelompok Deisme antara lain :
·         Tuhan transenden. Artinya Tuhan berada jauh di luar alam. Tuhan menciptakan alam, namun setelah menciptakannya Ia tidak lagi memperhatikan dan mengintervensi alam. Alam berjalan sesuai dengan aturan-aturan  yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan.
·         Tuhan diibaratkan sebagai tukang jam yang sangat ahli. Setelah jam itu selesai maka tidak lagi membutuhkan si pembuatnya lagi. Jam itu berjalan sesuai dengan mekanisme yang tersusun dengan rapi. Apabila alam ini mengalami kerusakan, alam tidak membutuhkan Tuhan untuk memperbaikinya Karena alam sudah mempunyai mekanisme sendiri untuk menjaga keseimbangan.
·         Tidak menerima mu’jizat, wahyu dan do’a. Karena alam ini berjalan sesuai mekanisme tertentu yang tidak berubah-ubah dan mekanisme tersebut dibuat bersamaan dengan penciptaan alam maka tidak menerima mu’jizat yang bertentangan dengan hukum alam. Begitu pula do’a dan wahyu tidak lagi dibutuhkan karena semua yang terjadi di alam sudah diatur.
·         Manusia cukup dengan akal dalam mengurus kehidupan. Dengan akal, manusia bisa mengetahui yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. 
Sebagian kaum Deis yakin bahwa Tuhan tidak melakukan intervensi terhadap alam lewat kekuatan supranatural.  Ia Maha sempurna dan jauh dari alam. Namun karena sebagian saja yang berpendapat demikian maka kaum deis bisa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok diantaranya :
1.      Tuhan telah menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya sehingga ia tidak lagi terlibat dalam pengaturan alam. Dia tidak menghiraukan apa yang akan terjadi atau yang telah terjadi setelah penciptaan tersebut.
2.      Tuhan terlibat dengan kejadian-kejadian yang berlangsung di alam. Tetapi bukan dalam ranah moral. Manusia memiliki kebebasan dalam berbuat.
3.      Tuhan mengatur alam sekaligus memerhatikan perbuatan manusia. Kelompok ini juga meyakini tidak adanya kehidupan setelah mati.
4.      Tuhan mengatur alam dan mengharapkan manusia mematuhi hukum  moral yang berasal dari alam. Kelompok ini juga meyakini adanya kehidupan setelah mati.[4]
Dari uraian diatas dapat kita lihat beberapa aspek positif yang terkandung dalam kelompok Deisme diantaranya :
·         Menonjolkan peranan akal dalam memahami masalah-masalah dalam agama sehingga bisa mengkajinya secara lebih kritis. Dengan demikian manusia terhindar dari taklid buta dan lebih mantap dalam beragama karena ia beragama setelah melewati pemikiran panjang serta menemukan dalil-dalil yang jelas dan kuat. Walaupun dalam hal ini ada beberapa bagian dalam agama yang memang tidak bisa di lihat kebenarannya secara akal saja melainkan dengan wahyu.
·         Dengan akal manusia bisa membedakan antara yang benar dan yang salah.

Kelemahan dan kritikan terhadap aliran Deisme antara lain :
·         Disatu sisi Deisme menolak adanya mu’jizat namun disisi lain menyatakan bahwa alam diciptakan Tuhan dari tidak ada menjadi ada. Jika demikian berarti deisme tidak konsisten dalam pernyataannya karena meragukan kekuasaan Tuhan untuk menjadikan sebuah mu’jizat setelah sebelumnya meyakini akan kekuasaanNya.
·         Tuhan menciptakan alam tentunya bertujuan demi kebaikan makhluknya jadi mustahil apabila Tuhan membiarkan makhluknya
C.    PANTEISME
Panteisme terdiri dari tiga kata, yaitu: pan yang berarti seluruh, teo yang berarti tuhan, isme berarti paham. Jadi panteisme adalah paham yang meyakini bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam (God is all and all is one).[5]
Ajaran yg menyamakan Tuhan dengan kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum alam semesta. Panteisme mulai terkenal sejak abad 17, ketika Baruch Spinoza menulis Ethics. Di kemudian hari, konsep Tuhan yang ditawarkan Spinoza bahwa satu satunya yang layak disebut Tuhan adalah Alam semesta itu sendiri, dirujuk sebagai posisi kepercayaan Albert Einstein.[6]

Ciri-ciri yang dapat memudahkan kita dalam memahami kelompok Panteisme antara lain adalah :
·         Tuhan imanen. Artinya Tuhan dekat dengan alam, memperhatikan serta mengatur alam.
·         Seluruhnya adalah Tuhan. Mereka meyakini tentang kesatuan umum antara Tuhan dan makhluknya. Mereka berfikir demikian karena ketika lapar dan mereka makan maka yang menjadikan mereka kenyang adalah makanan sehingga makanan adalah Tuhan, jadi alam ini adalah Tuhan.
·         Tidak menerima mu’jizat.
·         Tuhan impersonal. Artinya Tuhan tidak memiliki dzat khusus karena Ia bersatu dengan alam.
·         Yang dapat ditangkap panca indra adalah bagian dari Tuhan (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati). Dalam hal ini mereka terlihat tidak konsisten karena pada dasarnya yang dapat ditangkap panca indera adalah sesuatu yang semuanya berubah.
·         Lawan Deisme.
·         Tuhan esa, maha besar dan tidak berubah.
·         Tuhan wujud hakiki sementara alam adalah ilusi.
·         Mirip wihdatul wujud. Walaupun mirip dari segi kesatuan wujud namun keduanya memiliki perbedaan. Dalam wihdatul wujud alam dan Tuhan tidak identik sementara dalam Panteisme identik. Panteisme mengatakan “pohon ini Tuhan” sementara wihdatul wujud mengatakan “dalam pohon itu ada aspek ketuhanan”.[7]
·         Cretio ex deo. Artinya alam tercipta dari Tuhan.

Kelompok Panteisme tidaklah berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya. Mereka juga memberikan sumbangsih pemikiran yang bisa diperhitungkan diantaranya :
·         Panteisme diakui menyumbangkan sebuah pemikiran menyeluruh tentang sesuatu.
·         Menekankan imanensi Tuhan sehingga Tuhan selalu dekat dengan makhlukya. Hal yang demikian menjadikan manusia merasa diperhatikan Tuhan sehingga berhati-hati dalam berbuat dan tidak melakukan perbuatan yang jelek.
·         Seseorang tidak bisa memberi batasan kepada Tuhan dengan bahasa manusia yang terbatas.

Kelemahan kelompok ini adalah :
·         Panteisme radikal menyatakan bahwa Tuhan tidaklah berubah dan semua yang ada di alam ini adalah Tuhan. Lagi-lagi terjadi ketidak konsistenan dalam pemikiran Panteisme. ini berarti alam adalah Tuhan sedangkan alam sendiri sifatnya berubah.
·         Panteisme meyakini bahwa alam ini adalah maya. Jika demikian maka orang-orang Panteisme  akan mengabaikan aturan-aturan yang ada di alam seperti rambu-rambu lalu lintas dan lain sebagainya.
·         Jika Tuhan adalah alam dan alam adalah Tuhan maka tidak ada konsep kejahatan dan keburukan dalam Panteisme

D.    PANENTEISME
Panenteisme terlihat sedikit mirip dengan aliran Panteisme namun berbeda dalam cara pandang tentang Tuhan. Menurut Panteisme semuanya adalah tuhan sedangkan menurut Panenteisme semuanya dalam Tuhan. Penenteisme meyakini bahwa Tuhan adalah pengatur materi yang sudah ada, bekerja sama dengan alam, tergantung pada alam, berubah, menuju kesempurnaan, bipolar (kutub potensial dan kutub aktual).
Menurut Panenteisme Tuhan memiliki dua kutub. Dalam hal ini bisa kita analogikan dengan Tubuh manusia sebagai alam (kutub pertama) dan akal sebagai sesuatu yang diluar alam (kutub kedua). Pernyataan ini sebagaimana yang yang diungkapkan oleh para pemikir modern yang mengatakan bahwa daya akal tergantung pada otak, begitupula Panenteisme yang meyakini bahwa Tuhan bergantung pada alam dan alampun bergantung pada Tuhan.
Berikut ciri-ciri Panenteisme yang akan memudahkan kita membedakan paham antar satu aliran dengan aliran lainnya adalah :
·         Bipolar terbagi menjadi dua yang pertama adalah Kutub potensi (abadi) transenden. Kutub potensi adalah segala yang jauh dari alam yakni sesuatu yang masih belum ditampakkan oleh Tuhan dan berada di luar alam.  Jadi segala sesutau yang berada di luar alam adalah potensi Tuhan dan tidak berubah.
·         Kutub aktual (tidak abadi) imanen. Adalah bagian kutub kedua yakni semua yang telah ditampakkan Tuhan meliputi segala yang ada di alam. Jadi Kutub ini bersifat berubah dan tidak abadi.
·         Semua dalam Tuhan. Berbeda dengan Panteisme yang meyakini semuanya adalah Tuhan.
·         Mengatur materi yang sudah ada.
·         Tuhan berubah. Perubahannya adalah untuk mencapai kesempurnaan.
·         Saling ketergantungan antara Tuhan dengan alam sehingga terjadi kerjasama.
·         Tuhan adalah dzat yang terbatas.

Berikut adalah hal-hal positif yang bisa kita ambil dari pemikiran Panenteisme diantaranya adalah :
·         Telah membangun suatu pandangan dunia yang utuh. Artinya mereka memandang dunia tidak secara parsial saja melainkan secara keseluruhan.
·         Berhasil menjelaskan hubungan Tuhan dengan alam secara mendalam. Tanpa menghancurkan salah satunya.
·         Mengakui teori baru dalam ilmu teknologi karena tidak berlawanan dengan prinsip dasar mereka. Hal yang demikian menjadikan mereka mengikuti dan menerima perkembangan zaman sehingga bisa melihat dunia lebih positif dengan mengambil manfaat baru yang mulai terungkap ke permukaan.



Walaupun memilki aspek positif namun mereka juga tidak lepas dari pada kritikan-kritikan diantaranya adalah :
·         Ide tentang satu Tuhan sekaligus terbatas adalah suatu pikiran rancu yang tidak bisa diterima akal sehat. Di dalamnya terdapat kontradiksi sebagaimana berlari dan diam dalam waktu yang bersamaan.
·         Tuhan dalam konsep ini adalah berubah. Jika demikian bagaimana bisa sesuatu yang berubah dapat diyakini kebenarannya. Karena tidak seorangpun yang bisa mengetahui yang cantik tanpa adanya yang jelek. Begitu pula dalam hal ini, bagaimana mereka meyakini bahwa Tuhan berubah tanpa adanya konsep yang tidak berubah yang keberadaannya haruslah mendahului perubahan tersebut.




















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Teisme adalah aliran kepercayaan yang memilki konsep bahwa Tuhan transenden sekaligus imanen artinya Tuhan jauh dari alam namun juga dekat dengan alam. Dari sisi beradanya tuhan jauh dari alam namun dari sisi hubungannya dengan alam sangatlah dekat serta menciptakan alam dari tiada. Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya Islam, Kristen dan Yahudi walaupun dalam Islam tidak mengharuskan Tuhan transenden ataupun imanen karena yang demikin adalah hak prerogatif Tuhan.
2.      Deisme adalah suatu kelompok aliran kepercayaan yang meyakini bahwa Tuhan adalah transenden artinya Tuhan jauh dari alam. Setelah menciptakan alam Tuhan tidak lagi ikut campur di dalamnya karena Tuhan telah menciptakan mekanisme alam bersamaan dengan penciptaan awal alam sehingga alam tidak lagi membutuhkan Tuhan karena alam akan berjalan sesuai mekanisme yang telah dibuat Tuhan.
3.      Penteisme adalah suatu aliran kepercayaan yang meyakini bahwa Tuhan adalah imanen artinya Tuhan dekat dengan alam. Tuhan mengatur alam dan alam adalah Tuhan sehingga terbentuk sebuah kesatuan umum antara Tuhan dengan alam. Jadi segala sesuatu yang dapat ditangkap panca indra adalah Tuhan dan Tuhan adalah wujud hakiki. Aliran ini juga mirip konsep wihdatul wujud (kesatuan wujud).
4.      Panenteisme adalah suatu aliran dengan konsep ketuhanan yang meyakini bahwa Tuhan memilki dua kutub yakni kutub potensial yang merupakan bagian dari apa yang belum ditampakkan Tuhan di alam dan kutub tersebut berada di luar alam, bersifat abadi dan transenden. Kutub yang kedua adalah kutub aktual yang merupakan segala sesuatu yang telah ditampakkan Tuhan di alam dan kutub tersebut bersifat tidak abadi dan imanen. Alam dan Tuhan saling bergantung sehingga terjadi kerjasama diantara keduanya.






DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
httpsandabertanyaateismenjawab.wordpress.com20130811apa-itu-panteisme-apa-itu-deisme.html
httpthedarkancokullujaba.blogspot.co.id201209konsep-ketuhanan.html.html
Pengertian Deisme, Pantheisme, dan Panentheisme _ DSvr2.html




[1] httpthedarkancokullujaba.blogspot.co.id201209konsep-ketuhanan.html.
[2] Pengertian Deisme, Pantheisme, dan Panentheisme _ DSvr2.html
[3] httpsandabertanyaateismenjawab.wordpress.com20130811apa-itu-panteisme-apa-itu-deisme.html
[4] Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, (Jakarta: Rajawali Pers,2015),h.90.
[5] Ibid., h. 99-100.
[6] httpsandabertanyaateismenjawab.wordpress.com20130811apa-itu-panteisme-apa-itu-deisme.html
[7] Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, (Jakarta: Rajawali Pers,2015),h.94.

Komentar

Postingan Populer