Hujan
Prenduan 29, Desember, 2016
Prenduan 29, Desember, 2016
Aku baru saja selesai membaca novel Tereliye yang juga terbit
di tahun 2016 yang berjudul “HUJAN”. Novel yang terbit mendahului novel TENTANG
KAMU yang baru juga kuselesaikan kemarin. Nove HUJAN mengajarkan banyak hal
walaupun dengan halaman yang lebih sedikit dibanding TENTANG KAMU. Jika kemarin
tereliye mengajakku berjalan-jalan mengitari pulau Sumbawa tepatnya dipulau
bungin menyaksikan kambing yang makan kertas lalu ke Surakarta, mengikuti
sejerah panjang pembangunan Jakarta, London dengan segala bangunan megahnya,
singapura dengan bangunan merlion yang masih baru juga membawa ke radius
terdekat dengan menara eifel yang ramai dikunjungi penduduk dunia maka seharian
ini aku telah berjalan mengelilingi dunia di tahun 2040-2050 dengan segala
kecanggihan yang perlahan memulai pemunahan manusia.
Gadis dalam novel Hujan
itu begitu kuat juga beruntung memiliki sosok pria gagah genius Soke Bahtera di
dekatnya. Aku tau segala keajaiban bisa saja terjadi dalam hidup terutama
tentang cinta namun pembuat scenario hidupku bukanlah Tereliye tapi Allah yang
tentu tidak siapapun bisa menebak endingnya. Aku bisa saja berharap menjadi
Lail yang mencintai Esok lalu memilki ending live happily ever after namun
sekali lagi aku bukan tokoh dalam novel itu dan hidupku tidak sesederhana novel
yang penuh imaginasi bahkan fantasi.
Sakit yang dirasakan Lail dalam penantian
cukup menjelaskan bahwa jatuh cinta itu menyakitkan walau dia juga memiliki
esensi yang indah yang tidak sederhana. Aku benci jatuh cinta karena itu cukup
menyiksa terutama rindu yang menggelisahkan. Mereka benar cinta rindu dan patah
hati memang indah dan menjadikan hidup lebih seru tapi sekali lagi aku tidak
menyukai itu karena aku tidak sekuat Lail yang bisa memeluk kesedihannya apalagi
sekuat Sri Ningsih yang menjadikan hidupnya selalu indah dengan bersabar tanpa
batas.
Menunggu seseorang yang kita cintai datang dengan membawa rasa yang sama
adalah hal yang konyol dalam hidup karena itu terlalu menyakitkan. Maryam
benar, jangan pernah patah hati saat hujan turun karena saat hujan turun dihari
esok maka kenangan pahit itu akan hadir kembali dengan rasa sakit yang sama.
Kenapa hujan bisa membawa kenangan pahit, memory buruk, karena ia sama seperti
kenangan itu, saat hadir tidak bisa dicegah bahkan dihentikan dan kita hanya
bisa menunggunya berhenti dan hilang dengan sendirinya seperti rasa sakit itu.
hanya orang yang menerima yang bisa melupakan dan sebelum rasa sakit itu
tercipta maka aku akan mencegahnya hadir, aku bukan tokoh novel yang kuat dan
tahan banting, aku takut sakit hati.
Jika jatuh cinta itu sederhana maka aku
akan menjumpainya dengan sederhana, dan saat semuanya tentang perpisahan maka
itupun harusnya sederhana, tidak harus meronta untuk tetap bersama. Aku ingin
menjadi Lail yang kuat melawan rasanya dan tidak mengikuti nafsunya sedikitpun
dengan tidak menghubungi Esok saat rindu melandanya, dia lebih memilih diam
hingga Esok menghubunginya lebih dulu karena iapun ternyata takut sakit hati.
Jatuh cinta ternyata tidak sesederhana itu, ia menyiksa dan tidak baik untuk
kesehatan bisa merusak suasana seketika dan menghilangkan semangat dalam
cepatnya kedipan mata. Hakan benar bahwa rahasia hubungan orang tua dulu yang
abadi adalah karena mereka setiap harinya selalu jatuh cinta pada orang yang
sama. Cinta itu tidap perlu ditemukan karena cintalah yang akan menemukan kita.
Kata pak tua jangan pernah ikut campur alur yang sudah dibuat Tuhan karena itu
akan merusak keindahannya. Biarlah ia berjalan sebagaimana Tuhan telah
menciptakannya. Aku tidak sedih karena sesuatu telah berakhir tapi aku bahagia
karena sesuatu itu pernah terjadi juga jangan pernah khawatir, jika dia adalah
jodohmu maka esok lusa dia akan kembali dan yang terbaik akan tetap tinggal.
Peluklah semua kesedihan sebagaimana Sri Ningsih yang telah berhasil memeluknya
dan setiap orang mengenang semua kebaikannya. Jangan pernah membenci hidup
apapun yang terjadi karena semua ini terlalu indah.
Aku baru saja selesai membaca novel Tereliye yang juga terbit
di tahun 2016 yang berjudul “HUJAN”. Novel yang terbit mendahului novel TENTANG
KAMU yang baru juga kuselesaikan kemarin. Nove HUJAN mengajarkan banyak hal
walaupun dengan halaman yang lebih sedikit dibanding TENTANG KAMU. Jika kemarin
tereliye mengajakku berjalan-jalan mengitari pulau Sumbawa tepatnya dipulau
bungin menyaksikan kambing yang makan kertas lalu ke Surakarta, mengikuti
sejerah panjang pembangunan Jakarta, London dengan segala bangunan megahnya,
singapura dengan bangunan merlion yang masih baru juga membawa ke radius
terdekat dengan menara eifel yang ramai dikunjungi penduduk dunia maka seharian
ini aku telah berjalan mengelilingi dunia di tahun 2040-2050 dengan segala
kecanggihan yang perlahan memulai pemunahan manusia.
Gadis dalam novel Hujan
itu begitu kuat juga beruntung memiliki sosok pria gagah genius Soke Bahtera di
dekatnya. Aku tau segala keajaiban bisa saja terjadi dalam hidup terutama
tentang cinta namun pembuat scenario hidupku bukanlah Tereliye tapi Allah yang
tentu tidak siapapun bisa menebak endingnya. Aku bisa saja berharap menjadi
Lail yang mencintai Esok lalu memilki ending live happily ever after namun
sekali lagi aku bukan tokoh dalam novel itu dan hidupku tidak sesederhana novel
yang penuh imaginasi bahkan fantasi.
Sakit yang dirasakan Lail dalam penantian
cukup menjelaskan bahwa jatuh cinta itu menyakitkan walau dia juga memiliki
esensi yang indah yang tidak sederhana. Aku benci jatuh cinta karena itu cukup
menyiksa terutama rindu yang menggelisahkan. Mereka benar cinta rindu dan patah
hati memang indah dan menjadikan hidup lebih seru tapi sekali lagi aku tidak
menyukai itu karena aku tidak sekuat Lail yang bisa memeluk kesedihannya apalagi
sekuat Sri Ningsih yang menjadikan hidupnya selalu indah dengan bersabar tanpa
batas.
Menunggu seseorang yang kita cintai datang dengan membawa rasa yang sama
adalah hal yang konyol dalam hidup karena itu terlalu menyakitkan. Maryam
benar, jangan pernah patah hati saat hujan turun karena saat hujan turun dihari
esok maka kenangan pahit itu akan hadir kembali dengan rasa sakit yang sama.
Kenapa hujan bisa membawa kenangan pahit, memory buruk, karena ia sama seperti
kenangan itu, saat hadir tidak bisa dicegah bahkan dihentikan dan kita hanya
bisa menunggunya berhenti dan hilang dengan sendirinya seperti rasa sakit itu.
hanya orang yang menerima yang bisa melupakan dan sebelum rasa sakit itu
tercipta maka aku akan mencegahnya hadir, aku bukan tokoh novel yang kuat dan
tahan banting, aku takut sakit hati.
Jika jatuh cinta itu sederhana maka aku
akan menjumpainya dengan sederhana, dan saat semuanya tentang perpisahan maka
itupun harusnya sederhana, tidak harus meronta untuk tetap bersama. Aku ingin
menjadi Lail yang kuat melawan rasanya dan tidak mengikuti nafsunya sedikitpun
dengan tidak menghubungi Esok saat rindu melandanya, dia lebih memilih diam
hingga Esok menghubunginya lebih dulu karena iapun ternyata takut sakit hati.
Jatuh cinta ternyata tidak sesederhana itu, ia menyiksa dan tidak baik untuk
kesehatan bisa merusak suasana seketika dan menghilangkan semangat dalam
cepatnya kedipan mata. Hakan benar bahwa rahasia hubungan orang tua dulu yang
abadi adalah karena mereka setiap harinya selalu jatuh cinta pada orang yang
sama. Cinta itu tidap perlu ditemukan karena cintalah yang akan menemukan kita.
Kata pak tua jangan pernah ikut campur alur yang sudah dibuat Tuhan karena itu
akan merusak keindahannya. Biarlah ia berjalan sebagaimana Tuhan telah
menciptakannya. Aku tidak sedih karena sesuatu telah berakhir tapi aku bahagia
karena sesuatu itu pernah terjadi juga jangan pernah khawatir, jika dia adalah
jodohmu maka esok lusa dia akan kembali dan yang terbaik akan tetap tinggal.
Peluklah semua kesedihan sebagaimana Sri Ningsih yang telah berhasil memeluknya
dan setiap orang mengenang semua kebaikannya. Jangan pernah membenci hidup
apapun yang terjadi karena semua ini terlalu indah.
Komentar
Posting Komentar