Ayahku Bukan Pembohong Tereliye
AYAHKU BUKAN
PEMBOHONG
Dam menyukai semua cerita ayah, tentang negeri penguasa
angin dan layang-layang raksasanya yang bisa membawa kita terbang melihat
keindahan seantero dunia. Dam juka suka lembah Bukhara walau itu terdengar
sedikit aneh dan irrasional. Usia dan cara berpikir membuat dam bertanya banyak
hal tentang cerita ayah, tentang kebenaran semua itu, tentang jawaban ibu yang
tidak terselesaikan dan tergantung begitu saja diujung kalimat. Tapi dam tetap
mau menjaga perasaan ayah dam tidak mau ayah sedih karena kalimat-kalimat dam
yang tidak terolah dengan baik. usia 20 tahun semua kepercayaan dam pada ayah
luntur dan mencapai titik klimaks.
Ketika ibu sakit keras dan mendapat telegram
untuk segera pulang lalu ayah dengan mudahnya bercerita tentang si raja tidur
dan justru abai dengan ucapan dam tentang terapi ibu yang harus disegerakan. Ayah
justru sibuk dengan nasehat si raja tidur di negeri antah berantah, Ayah tidak
tau betapa ibu adalah segalanya bagi dam tapi dam juga tidak pernah tau
segalanya tentang ayah dan maksud dari semua cerita ayah.
Ayah, jika hari ini ayah ada dihadapanku maka aku akan
segera memelukmu erat dan memohon maaf atas segala kekurang ajaranku padamu
yang telah menghapus seluruh pelukan hangatmu, dam mohon maaf yah,,, dam bahkan
melupakan semua hari-hari terindah bersama ayah, lupa bahwa anak ayah hanya dam
seorang dan dengan teganya dam membiarkan ayah hidup seorang diri setelah ibu
pergi. Kesadaran itu datang setelah kepergian ayah, setelah semua apa yang ayah
ceritakan justru menampakkan diri setelah acara pemakaman.
Kepergian ibu jelas bukan salah ayah namun kesadaran itu
terlambat, saat ayah sudah tidak lagi mendengar sepatah katapun. Dam terlalu
kurang ajar bahkan tutup telinga akan semua nasihat Tani bahkan tangis zas dan
qon untuk mencegah ayah pergi tak lagi diindahkan. Dam tidak pernah sadar bahwa
dam berdiri sekarang dengan semua yang dam raih adalah karena jerih payah dan
kasih sayang ayah dan ibu memebesarkan dam ditengah kesederhanaan yang selalu
dam syukuri. Dam tidak pernah merasa kurang bahkan ini semua jauh lebih dari cukup.
Saat ibu pergi dam merasa menjadi orang paling sedih dan dam
lupa bahwa ayahlah yang seharusnya jauh lebih sedih. Dam justru menyalahkan
ayah dan menutup mata akan semua kebaikan ayah. Terakhir kali saat ayah meminta
izin untuk menceritakan kisah untuk terakhir kalinya dam mendengarkan seksama
dan penyesalan dam sangat terlambat yah. Anak macam apa yang tega mengusir
ayahnya ditengah derasnya hujan malam lalu esok harinya mendapat kabar sang
ayah ditemukan pingsan di dekat nisan ibu dan tebaring lemah dirumah sakit.
Ayah jika ada kesempatan lagi dam akan mendengarkan semua
cerita ayah. Tentang persahabatan ayah dengan sang kapten, tentang masa lalu
ibu sebagai artis terkenal bahkan tentang sungai sufi yang semua itu nyata
terjadi dalam hidupa ayah. Maafkan dam yah dan terimakasih untuk cerita-cerita
sederhana yang tanpa dam sadari banyak mendidik dan membentuk karakter dam
bahkan lembah Bukhara menginspirasi dam untuk banyak hal dalam dunia arsitektur.
Semua yang dam rasakan hari ini adalah hasil keringat dan semangat baja ayah.
Mengantarkan dam ke akademi gajah, membelikan tiket VIP demi menonton sang
kapten juga menyemangati dam dalam perlombaan renang.
Ayah sekali lagi maafkan dam yang telah memaksa ayah
mengakui semua cerita itu sebagai kebohongan belaka yang tidak perlu dicari tau
kebenarannya oleh kedua cucu ayah zas dan qon yang lebih kritis dari masa
kecilku dulu. Harusnya pengakuan orang-orang tentang integritas ayah cukup
membuktikan bahwa semua cerita itu benar walau sulit dinalar logika
sederhanaku.
Komentar
Posting Komentar