Aliran dan Kepercayaan
MAKALAH
Aliran dan Kepercayaan
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Aliran dan Kepercayaan
Dosen Pengampu
: Encung Haryadi, M.Fil.I
Oleh:
Khotimatul Mahbubah
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR
2016-2017 M
KATA PENGANTAR
Lantunan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Sang penggenggam
kehidupan yang dapat menuntun manusia kejalan yang dikehendakiNya. Syukur atas
segala nikmat terindah yaitu nikmat iman dan Islam yang akhirnya membawa saya
ke tempat ini sehingga memiliki kesempatan untuk menyusun makalah ini sebagai
tugas dalam mata kuliah Aliran dan Kepercayaan. Nikmat yang tidak akan pernah
mampu saya hitung dan sebutkan karena beliaulah satu-satunya dzat yang maha
kaya dan tiada tandingannya. Dengan nikmat itu pula saya akhirnya mampu
merampungkan makalah ini walau masih jauh dari sempurna.
Sholawat dengan senandung salam akan selalu tercurahkan pada
baginda Rasulullah Muhammad saw. Seorang makhluk sempurna yang terlahir ke muka
bumi dengan menjadi rahmatan lil’alamin. Dalam dirinya bersemayam jiwa
pemimpin yang luar biasa sehingga Islam pun dapat tersebar ke seluruh penjuru
dunia dalam waktu yang cukup singkat.
Rangkaian kata terimakasih teruntuk semua pihak yang telah
mendukung dan membimbing saya dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada
ustad Encung Haryadi, M.Fil.I atas segala penjelasan serta tugas yang diberikan
untuk pengembangan diri menjadi pribadi
yang lebih mandiri tentunya.
Perbincangan
tentang agama atau kepercayaan memang tidak akan pernah selesai, seiring dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Baik secara teologis maupun sosiologis,
agama atau kepercayaan dapat dipandang sebagai instrument untuk memahami dunia.
Tidak ada makhluk yang sempurna itulah kalimat yang kita pahami dan
menjadi penutup dari setiap tulisan pada umumnya karena kesadaran setiap
penulis akan pemahamannya yang terbatas dan hanya Allahlah yang maha sempurna
dan tiada kesempurnaan diatas kesempurnaanNya. Begitu pula saya yang sangat mengharap kritik dan saran demi perbaikan makalah ini
selanjutnya.
Penulis
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Beragama adalah
kecenderungan manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan bentuk yang paling
sempurna. Manusia dibekali akal untuk berfikir sehingga ia selalu
bertanya-tanya tentang alam dan bagaimana awal mula kejadiannya. Manusia
meyakini adanya kekuatan-kekuatan yang mengatur alam sehingga ia berspekulasi
untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tentang hakikat Tuhan.
Sebelum agama-agama
konvensional masuk ke Indonesia, warga pribumi diyakini telah menganut
agama-agama yang dikenal dengan agama lokal atau aliran kepercayaan dan
kebatinan. Hal tersebut terjadi karena naluri atau fitrah manusia sejatinya
adalah beragama.
Banyak kalangan yang
belum mengetahui wacana ini karena pengikutnya memang sedikit dan tidak
memiliki pendakwah sebagaimana yang kita jumpai dalam agama-agama konvensional.
Pengkajian terhadap wacana ini penting sekali agar kita bisa mengenal
aliran-aliran yang ada dan bisa memilah serta bisa menjadikan kita lebih
hati-hati dan menguatkan iman agar tidak goyah dengan hal-hal yang menyesatkan.
Juga agar kita tidak mudah mengkafirkan yang lain sebelum mengetahui hakikat
yang terkandung di dalamnya sehingga apa yang kita suarakan memiliki alasan dan
dalil yang kuat.
Banyak pihak yang
menganggap bahwa aliran-aliran kebatinan yang ada adalah sesat dan dianggap
meresahkan warga sehingga harus diberantas. Namun tidak sedikit pihak yang
menerima kelompok tersebut. Pihak-pihak yang pro beranggapan bahwa keberadaan
mereka tidaklah membahayakan dan sebagai manusia yang juga beragama seharusnya
kita bisa toleransi agar bisa hidup berdampingan dengan damai.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kebatinan dan kepercayaan?
2. Apa saja aliran-aliran kebatinan dan kepercayaan?
3. Apa saja dasar-dasar kebatinan dan
kepercayaan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya aliran kebatinan dan kepercayaan di Indonesia/Nusantara?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kebatinan dan Kepercayaan
Kebatinan memang bukanlah hal yang tabu bagi umat manusia khusunya
Indonesia, dan dari sini pulalah kita dapat pahami bahwa kegelisahan manusia
yang tidak mendapatkan kepuasan pada agama yang mereka yakini inilah
cikal-bakal meluncurnya aliran kebatinan di tengah-tengah masyarakat. Kebatinan
merupakan ekspresi dari manusia untuk menunujukan bahwa dirinya itu memang
pantas dan relevan untuk memaham kedekatan tubuhnya dengan sang pencipta (Tuhan)
melalui hal-hal yang berada di luar indra mereka.[1]
Kepercayaan menurut
ilmu makna kata (semantik) memiliki beberapa makna diantaranya :
·
Iman
kepada agama.
·
Anggapan
bahwa benar sungguh ada, seperti kepada dewa-dewa dan orang-orang halus.
·
Dianggap
benar dan jujur.
·
Setuju
kepada kebijaksanaan pemerintah atau pengurus.
Secara terminologi kepercayaan berarti keyakinan kepada ketuhanan Yang maha esa di
luar agama atau tidak masuk kedalam agama.[2]
B.
Aliran-Aliran Kepercayaan dan Kebatinan
1.
Sapta Darma
Sapta Darma adalah nama sebuh kelompok
kebatinan yang lahir pada tahun 1956. Pemrakarsanya adalah Hardjosaputro yang
oleh masyarakat sekitar dikenal dengan nama pak Sepuro. Beliau berasal dari
Kediri tepatnya di desa Sanding masuk Kewedanan Pare. Beliau adalah seorang
yang buta huruf, pekerjaan sehari-harinya adalah tukang cukur dan pekerjaan
sampingannya adalah mengobati orang-orang yang sakit dengan ilmu magnetisme
yang dimilikinya atau dikenal dengan
istilah dukun.
Dalam aliran kebatinan ini diajarkan
beberapa hal diantaranya :
·
Percaya
kepada tuhan dan percaya kepada diri sendiri.
·
Cinta
sesama manusia dan suka tolong menolong.
·
Memberikan
ramalan-ramalan mengenai Jayabaya yang menyatakan akan datangnya Ratu adil asal
kerajaan Madiun. Penjelmaan Kyai Semar yang bergelar Herucakra Asmaratantra.
Semua agama akan lenyap dan lebur masuk ke dalam agama Sapta Darma.
Setelah mendapat banyak pengikut pak
Sepuro mengaku mendapat ilham dan berambisi ke pangkat kenabian sehingga diberi
gelar Sri Gutama yang artinya pemimpin jalan kebenaran. Sapta darma berarti
tujuh pedoman yaitu :
1. Setia kepada pancasila Tuhan.
2. Agar jujur dan setia hati.
3. Siap sedia sewaktu-waktu mempertahankan tegaknya
Negara nusa dan bangsa,
4. Menolong siapa saja yang memerlukan
dengan tidak mengharap balasan.
5. Berani hidup dengan kepercayaan dan
kekuatan diri sendiri.
6. Harus gotong royong, bersikap halus dan
sopan santun serta memberi penerangan sehingga memuaskannya.
7. Yakin dan percaya bahwa dunia tidak
kekal.
2.
Paguyuban Sumarah
Sumarah artinya menyerah (tawakal). Paguyuban
artinya sama dengan kerukunan. Jadi Paguyuban Sumarah artinya persatupaduan
menyerahkan diri kepada Allah. Aliran ini bukanlah sebuah agama melainkan
sebuah organisasi kebatinan berdasarkan ketuhanan dengan berserah diri kepada
Allah.
Samurah adalah aliran kebatinan yang
berbentuk organisasi, memiliki dasar tujuan, mempunyai sifat peribadatan juga
kitab-kitab yang digunakan sebagai pedoman. Pembahasan secara rincinya adalah
sebagai berikut :
·
Mengakui
adanya Tuhan yang maha esa. (Allah)
·
Selalu
ingat kepada Allah
·
Memelihara
kesehatan lahir dan batin.
·
Mempererat
persaudaraan dalam kalangan warganya.
·
Memperhatikan
kebutuhan dan keperluan rakyat terutama anggota-anggotanya.
Pimpinan pusat dalam kelompok ini adalah
dr. Surono Projohusodo di Yogyakarta. Pimpinan ruhaninya bernama pak
Sukirnohartono, sebelumnya beliau bekerja di Bank Negara Yogyakarta sebagai
kasir lalu pada Tahun 1935 mengaku mendapat wahyu dari Allah dan akhirnya
diangkat menjadi pimpinan rohani dalam aliran ini.
Pedoman ajarannya menggunakan kitab-kitab
seperti Mahabarata Kawedar, Wejangan Resi Budha, Juga Mengambil Dalil Dari
Al-Qur’an Dan Injil. Mereka memiliki semboyan yang berbunya “Sura dira
jayaningrat lebur dening pangastuti” artinya “kesaktian dan keberanian di atas
dunia akan hancur oleh takwa”
Aliran ini meyakini adanya hukum karma
dan yang tidak lulus menghadapi ujian dunia maka akan terlahir kambali
(reinkarnasi). Begitulah seterusnya hingga Tuhan menerima semua perbuatannya.
3.
Ngelmu Sejati Cirebon
Ngelmu sejati atau
dikenal juga ngelmu hakekat adalah ajaran kebatinan yang tersebar luas
di daerah Keresidenan Cirebon terutama di kabupaten Cirebon dan Indramayu.
Golongan ini mengatakan bahwa orang-orang yang beragama adalah golongan itik
dan angsa karena setiap harinya mereka mandi dan berwudhu’ dan hal tersebut dianggap
main air.
Sumber ajaran aliran ini adalah primbon
yang ditulis tangan menggunakan bahasa jawa Cirebon dan bercampur dengan bahasa
Kawi (sansakerta) dengan huruf Arab atau Jawa. Isi ajarannya tersusun menjadi 5
diantaranya :
·
Sahadat
jati
·
Salat jati
·
Martabat
tujuh
·
Tribahwana.
·
Mi’raj.
Jadi ajaran Ngelmu Sejati termasuk
ajaran mistik dan bukanlah ajaran yang menyatakan sebagai agama. Ajarannya
bersumber dari sinkretisme antara agama Hindu Budha dan Islam.namun pengikutnya
dengan tegas menyatakan bahwa ajarannya adalah Islam sejati.
4.
Ilmu Sejati
Pendirinya bernama R. Sujono alias
Prawirosudarso. Ilmu sejati ini bukanlah suatu suatu agama melainkan
gerakan/ajaran mistik dengan tidak membeda-bedakan agama dan golongan.
Ajaran Ilmu Sejati
Asalnya kesucian yang
dihimpun dari agama-agama Islam, Kristen dan Budha.
5.
Agama Yakin Pancasila
Aliran ini pertama kali didirikan oleh M.
Kartawinata yang berasal dari Ciparai Bandung. Aliran ini juga dikenal dengan
nama PERMAI yang kepanjangannya adalah Peri Kemanusiaan, dikenal juga dengan
nama agama Pancasila. Pada awalnya aliran ini adalah sebuah organisasi yang berdiri
setelah Indonesia merdeka tepatnya pada November 1948.
Ajaran M. Kartawinata bukan agama dan
tidak pernah dinyatakan senagai agama. Mereka menyebut agama dengan tafsiran
lain. Mereka mengartikan agama sebagai ageman yang artinya pegangan
hidup.
Ajaran ini timbul dari kekacauan batin
dan pikiran. Sehingga pendirian awal aliran ini cenderung dalam keadaan labil.
Sepeninggal Kartawinata aliran inipun perlahan mulai lenyap.
6.
Ngelmu Beja
Aliran ini disebut juga aliran Ngelmu
Suryomentaram. Pertama kali didirikan oleh Ki Ageng Suryomentaram yang
merupakan Sultan Hamengku Buwono VII.
7.
Paguyuban Pembuka dan Sanga
Aliran ini adalah suatu organisasi atau
perkumpulan yang dipimpin oleh Nyai Harjosentono di Ponorogo. Aliran ini p ertama
kali aktif pada tanggal 23 Februari 1952.
Aliran ini bukanlah agama dan tidak
pernah menyatakan dirinya sebagai agama. Aliran ini adalah bagian dari
sinkretisme Budha dan Islam sebagaimana yang dinyatakan oleh pendirinya sendiri
waktu pertama kali didirikan. Kelompok ini masih mengaku beragama Islam
sehingga lebih mudah untuk membawa mereka kembali pada Islam.
8.
Perkumpulan Kemanusiaan
Aliran ini dipimpin oleh Yudoprayitno
atau dikenal juga dengan Ki Dalang atau Ki Guru. Aliran ini termasuk ajaran
kebatinan atau mistik, bukan suatu aliran kepercayaan baru yang mengaku agama
atau aliran dari suatu agama. Dasarnya banyak diambil dari agama Budha, sedikit
Hindhuisme dan sama sekali tidak menyinggung Islam dan Kristen.
Cara pelaksanaan ajarannya masih banyak
dititik beratkan pada perdukunan dan ajaran yang demikian hampir merata di
seluruh Indonesia hanya kelasnya saja yang berlainan.
9.
Madrais-isme
Aliran ini dikenal juga dengan nama Agama
Jawa Sunda. Didirikan pertama kali oleh Madrais dan berpusat di Cigugur.
Madrais melahirkan dan menggerakkan Agama
Jawa Sunda, karena tidak mendapat kepuasan baik dari ajaran Islam yang
diberikan kepadanya maupun dari ajaran Ngelmu Cirebon yang diterimanya.
10.
Aliran Samin
Samin ialah nama orang yang lengkapnya
Surosamin atau Surosentiko yang berasal dari kabupaten Blora. Aliran Samin bukanlah
sebuah organisasi atau gerakan. Perkembangannya hanya dari satu orang keorang
lain. Cara pelaksanaan penerimaan murid baru adalah dengan persaksian
mengadakan selamatan (kendhuri). Calon murid baru diberi air dengan
janji akan setia mengikuti ajaran-ajaran gurunya.
Aliran ini bukanlah agama sebagaimana
aliran-aliran yang telah disebutkan di atas. Aliran inipun tidak pernah
menamakan dirinya sebagai agama dan tetap mengakui agama-agama yang ada dan
semua tujuannya sama baik. Aliran ini juga meyakini adanya reinkarnasi, jadi
aliran ini lebih dekat pada ajaran Hindu/Budha.
11.
Kawula Warga Naluri
Ini adalah suatu gerakan kepercayaan yang
sudah lahir sejak zaman belanda. Didirikan pertama kali oleh R.M Hadikusumo
yang menurut keterangan masih keturunan bangsawan Jogja. Aliran ini
berkeyakinan bahwa tidak ada jalan lain untuk pemulihan kebahagiaan hidup
seluruh manusia.
12.
Agama Suci (Jember)
Pencipta agama suci ini adalah Mohammad
Sakri alias pak Amat. Kalau ditilik dari dasar kepercayaan dan peribadatannya
agama suci atau agama akhir zaman di Jember itu termasuk aliran dari
perkembangan agama Islam setempat. Menururt pengikutnya nabi Muhammad menjelma
menjadi Ki Amat.
Agama ini mempunyai tujuan menyucikan ruhani
ummat manusia yang selama ini penuh dengan kotoran. Juga bertujuan mempelajari
kesucian yang sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia. Yang mempunyai
dasar ketuhanan yang maha esa. Ajaran ini juga diselaraskan dengan ajaran kejawen.
Agama ini timbul diam-diam sejak tahun 1935 dan baru terang-terangan pada
tahun 1948.
Pada awalnya memilki ajaran yang sama
dengan Islam namun bahasa dan caranya di Jawakan sehingga bagi orang yang picik
pengetahuannya merasa mendapat ajaran
yang lebih praktis.
13.
Buda Wisnu
Awalnya bernama Budha Jawa lalu berubah
menjadi Budha Wisnu. Pemimpinnya bernama Kusumodewo yang pindah dari tempat
tinggal awalnya di Pare Ngawi ke kota Malang. Aliran ini dinyatakan sebagai
agama oleh penciptanya dan pernah dimintakan pengakuan kepada pemerintah
Republik Indonesia agar mendapat pengakuan seperti halnya agama-agama
konvensional lainnya tetapi tampaknya sampai saat ini belum mendapatkan
pengakuan yang jelas bahkan sempat dilarang melakukan kegiatan untuk
memperkembangkan ajarannya.
Aliran kepercayaan ini belum memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai
agama. Aliran ini tidak bisa diharapkan tumbuh subur karena tidak mempunyai
dasar-dasar yang kuat dan pedoman-pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan
kemurniannya.
14.
Adari
ADARI adalah singkatan dari Agama Djawa
Asli Repblik Indonesia. Adari adalah sebuah ajaran yang lahir waktu permulaan
revolusi kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1946. Pendirinya adalah Joyowulu atau
dikenal dengan nama S.W. Mangunwijoyo, kemudian mendapat gelar Ki Mangunwasito dan
berpusat di Yogyakarta.
Adari mengangkat Bung Karno sebagai Nabi
dan Pancasila sebagai kitab sucinya. Menurut kelompok Adari yang berhak menjadi
Nabi adalah orang yang bisa merumuskan peraturan dan diterima oleh Negara. Tapi
Bung Karno menolak diangkat menjadi Nabi.
Pelakasanaannya :
·
Tidak
menganut salah satu ideologi politik.
·
Ajarannya
kebatinan yang menuju ketuhanan yang maha esa yang asli dan kesempurnaan hidup.
·
Mengadakan
perkawinan sendiri,
·
Mengadakan
selamatan tiap hari ahad dan disebut Rasulan.
·
Tidak
menarik iuran.
15.
Suci Rahayu
Pimpinan pusatnya saat ini adalah Sarimun
Sumawijoyo. Maksud dan tujuan ajaran ini adalah untuk mencapai tujuan rahayu
(selamat) sampai nirwana. Aliran ini dilahirkan pada tanggal 02 februari 1904.
Berikut beberapa usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diantaranya :
·
Mamayu
hayuning bawana.
·
Belajar
kesehatan secara Suci Rahayu agar mendapatkan kecerdasan akal dan keluhuran
budi dengan cara sabar dalam menjalankannya.
·
Membantu
usaha pemerintah.
·
Menyebarkan
pengetahuan gaib.
·
Tidak
mencela suatu agama.
·
Tidak
turut mencampuri politik pemerintah.
Suci Rahayu bukan agama dan bukan suatu
aliran agama. Suci Rahayu adala suatu organisasi kebatinan yang ajarannya
mempunyai keyakinan seperti filsafat agama Budha. Organisasi ini telah berumur
setengah abad namun sampai saat ini hanya sedikit saja pengikutnya yang berarti
mengindikasikan bahwa organisasi ini tidak berkembang pesat.
16.
Pangestu
Nama lengkap aliran ini adalah Paguyuban
Ngesti Tunggal yang artinya persatuan untuk dapat bertunggal. Didirikan oleh Raden Sunarto Mertowerdojo di
Surakarta pada tanggal 20 Mei 1949. Pendirinya tidak mengatakan aliran ini sebagai
sebuah agama melainkan Fakultas Psikologi karena selain teologi ajaran ini juga
tentang ilmu jiwa, tasawwuf dan metafisika. mereka menyebut Tuhan tripusara
karena tersusun dari tiga oknum yakni :
·
Suksma
Kaweaks.
·
Suksma
sejati.
·
Roh Suci.
Konsepsi Ketuhanan aliran kebatinan dan
kepercayaan itu mula-mula menyerupai agama Islam, tetapi lanjutannya berlainan.
Mereka memiliki konsep yang serupa dengan ajaran agama Hindu dan Budha dan
diselubungi dengan rumus ajaran Islam. Mereka meyakini bahwa Tuhan transenden
artinya Tuhan setelah menciptakan tidak lagi mengatur bahkan tidak lagi ada
urusan dengan alam dan manusia.
C.
Dasar-Dasar Keyakinan dan Kepercayaan
Hal-hal
yang menjadi dasar dalam aliran kepercayan dan kebatinan adalah
kepercayaan-kepercayaan awal terhadap agama nenek moyang serta beberapa
kepercayaan lainnya yang kemudian terjadi sinkretisme atau pencampuran sehingga
menjadi sebuah ramuan yang melahirkan aliran kepercayaan dan kebatinan.
Dasar-dasar tersebut menjadikan aliran kepercayaan dan kebatinan terlihat
seperti rujak yang didalamnya terdapat aneka rasa.
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Aliran Keyakinan dan
Kepercayaan di Indonesia/Nusantara
1.
Karena salah
terima, salah paham diwaktu menerima pelajaran dari guru agama yang mengambil
kiasan dan perlambang, berdasar kebatinan mendalam dan falsafah yang
berpengertian rangkap (berkalimat banyak arti).
2. Mencampur aduk faktor penting diambil dari sumber-
sumber pelajaran agama, mengambil salah satu lafadz dan kalimat dari ayat atau
bahasa arab dengan diberi arti- makna sesuka hatinya, ssehingga terjadilah
kekeliruan murod dan maksudnya dan hilanglah azas dan tujuan lafadz kalimat
yang asli. Maka timbullah golongan islam mutihan dan islam abangan.
3. Sengaja mengadakan aliran- aliran baru dalam
kepercayaan mistik atau kebatina dengan dalil “mengembalikan jiwa asli”, karena
agama hindhu, agama budha dari india, agama yahudi dari Israel, agama masehi
dari eropa dan islam dari Arabia.
4. Ingin memasyhurkan namanya, membuka praktek
perdukunan, meramalkan kebahagian ilmu raja, perbintangan bahkan terdapat yang
mengharap- harap kedatangan ratu adil, imam mahdi, joyoboyo, heru cokro, dll.
5. Bermaksud menenangkan jiwa, gemar menyendiri,
bersemedi, bertapa dan mengamalkan ascetisme (zuhud riyadhatun nafs) karena
berpendapat : “suasana keadaan dunia dewasa ini terasa telah penuh berbagai
penderitaan bathin”.
6. Bukan tidak mukin dalam suasana yang serba kacau,
pencipta aliran- aliran baru memangsa gejala- gejala untuk keuntungan kekayaan
pribadi. Jaringan- jaringannya dikembangkan dengan propaganda aliran tersebut.
Dengan nama- nama yang menarik. Malah ada pula yang sampai hati mempergunakan
gelar- gelar kanjeng kyai, bendoro, ki Ageng, resi, hajar, bengawan bahkan
menabalkan diri Nabi, penerima wahyu lasung dari tuhan, dan yang sangat terlalu
menganggap dirinya sederajat dengan tuhan.
7. Beragaman bahwa “bunyi UUD 1945 pasal 18” adalah kesempatan
untuk menjelmakan aliran–aliran baru dalam kepercayaan. Setiap orang berhak
atas kebebasan beragama, keinsyafan bathin dan fikiran: dijadikan alas an pokok
untuk menciptakan agama baru dianggapnya sesuai untuk kepentingan sediri.
8. Dan lain- lain seirama dengan yang
tersebut diatas.[3]
Ada beberapa
hal lain yang dianggap menjadi faktor pemicu munculnya aliran kepercayaan dan
kebatinan di Indonesia. Ada banyak pendapat yang diutarakan oleh
peneliti terkait latar belakang kemunculan aliran kebatinan di Indonesia. Di
antaranya isu modernisme dan globalisasi.
Globalisasi dan
modernisasi sebenarnya adalah sebuah era di mana dunia ini seakan tak bersekat,
batas-batas teritorial seakan tak berarti. Dalam era globalisasi interaksi
antar budaya, peradaban dan negara semakin mudah dilakukan. Adanya proses
saling mempengaruhi satu sama lain tak bisa dinafikan—baik bersifat positif
maupun negatif. Dan, pada akhirnya globalisasi menjadi alat untuk saling
mempengaruhi antara budaya, peradaban, idiologi, bahkan masuk pada agama. Dan
ujungnya agama, budaya, idiologi, dan peradaban telah terkontaminasi dari
pengaruh unsur-unsur lain.
Di era globalisasi
ini, proses saling mempengaruhi satu sama lain tak bisa ditawar-tawar. Peranan
media sebagai alat “penular” telah menembus sekat-sekat itu. Dan konsekuensinya
sebuah idiologi atau budaya bisa memasuki idiologi dan budaya lainnya. Dengan
kondisi ini, maka kegoncangan bisa terjadi jika penularan virus globalisasi itu
tidak sesuai dengan karakteristik kultur dan sosialnya.
Karena alasan
itu-lah maka ada sebagian kelompok (baca: aliran kebatinan) yang berusaha
”lari” atau menghindari perkembangan dunia modern dan mulai gandrung akan
romatisme masa lalu. Biasanya kelompok ini mulai menelusuri nilai-nilai asli
dahulu yang kini sudah terdesak dengan arus modernisasi dan globalisasi.
Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu alasan munculnya aliran kebatinan
dipicu oleh dampak negatif dari modernisme yang menggerus nilai-nilai moral,
estetika, sehingga membawa manusia jatuh pada jurang materialisme. Karena itu,
aliran kebatinan hadir sebagai solusinya. Jika di lihat dari latar belakang
kemunculannya, kondisi ini hampir mirip dengan latar belakang kemunculan
sufisme dalam Islam.[4]
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kepercayaan
menurut ilmu makna kata memiliki beberapa makna diantaranya, iman kepada agama,
anggapan bahwa benar sungguh ada, seperti kepada dewa-dewa dan orang-orang halus,
dianggap benar dan jujur dan setuju kepada kebijaksanaan pemerintah atau
pengurus. Secara terminologi kepercayaan berarti keyakinan kepada ketuhanan Yang maha esa di
luar agama atau tidak masuk kedalam agama.
Aliran-aliran
kepercayaan dan kebatinan yang ada di Indonesia diantaranya, Sapta darma,
Paguyuban Sumarah, Ngelmu Sejati Cirebon, Ilmu Sejati, Agama Yakin Pancasila,
Ngelmu Beja, Paguyuban Pembuka dan Sanga, Perkumpulan Kemanusiaan,
Madrais-isme, Aliran Samin, Kawula Warga Naluri, Agama Suci (Jember), Buda
Wisnu, Adari, Suci Rahayu dan Pangestu.
Hal-hal
yang menjadi dasar dalam aliran kepercayan dan kebatinan adalah
kepercayaan-kepercayaan awal terhadap agama nenek moyang serta beberapa
kepercayaan lainnya yang kemudian terjadi sinkretisme atau pencampuran sehingga
menjadi sebuah ramuan yang melahirkan aliran kepercayaan dan kebatinan.
Dasar-dasar tersebut menjadikan aliran kepercayaan dan kebatinan terlihat
seperti rujak yang didalamnya terdapat aneka rasa.
Ingin memasyhurkan
namanya, membuka praktek perdukunan, meramalkan kebahagian ilmu raja,
perbintangan bahkan terdapat yang mengharap- harap kedatangan Ratu Adil, Imam
Mahdi, Joyoboyo, Heru Cokro, dll. Bermaksud menenangkan jiwa, gemar menyendiri,
bersemedi, bertapa dan mengamalkan ascetisme (zuhud riyadhatun nafs)
karena berpendapat : “suasana keadaan dunia dewasa ini terasa telah penuh
berbagai penderitaan bathin”. Salah satu alasan
munculnya aliran kebatinan dipicu oleh dampak negatif dari modernisme yang
menggerus nilai-nilai moral, estetika, sehingga membawa manusia jatuh pada
jurang materialisme. Karena itu, aliran kebatinan hadir sebagai solusinya. Jika
di lihat dari latar belakang kemunculannya, kondisi ini hampir mirip dengan
latar belakang kemunculan sufisme dalam Islam
[1] Asal-Usul Kebatinan dan Kepercayaan_ Disorot dari Kaca-Mata
Terminologi dan Tinjauan History.html
[2] Kamil Kartapradja, Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia,
(Masagung;Jakarta), h.1
[3] Aliran – Aliran kepercayaan dan kebatinan di Indonesia –
fatoni2016.html
[4] KHAZANAH HAKIKI_ __ Aliran Kebatinan di Indonesia.html
Komentar
Posting Komentar